Pengembangan pariwisata dari masyarakat atau community based toursim kerap diyakini sebagai cara ideal untuk merangkul masyarakat sebagai subjek utama dalam membangun kepariwisataan. Konsep ini sering diterapkan dalam pengembangan pariwisata berskala kecil seperti desa wisata. Namun kenyataannya, pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini kurang berhasil diterapkan di beberapa daerah. Pertanyaan yang kerap muncul di permukaan adalah apakah seluruh masyarakat sudah memiliki sumbangsih yang maksimal dalam menerapkan konsep pariwisata berbasis masyarakat?
Minimnya Peran Perempuan di Desa Wisata
Menurut Drs. Argyo Dermatoto, kurang berhasilnya community based tourism berakar dari kurang aktifnya peran masyarakat dalam pengelolaan kepariwisataan. Hal ini juga menyinggung minimnya peran perempuan di dalamnya. Pada realitanya jumlah perempuan yang terlibat dalam pengembangan kepariwisataan cenderung lebih sedikit daripada jumlah laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari penelitian “Kajian Pemetaan Produk Desa Wisata di Bali” yang menyatakan 92% responden berjenis kelamin laki-laki dan hanya 8% responden berjenis kelamin perempuan. Maka dari itu, peran perempuan sebagai subjek utama pada desa wisata di Bali masih belum mendapat porsi dan perhatian dalam pemberdayaannya, baik itu dalam pemberdayaan psikologis, pemberdayaan sosial, dan pemberdayaan politik. Pemberdayaan psikologis dilihat dari rasa bangga masyarakat terhadap destinasi wisata tempat mereka tinggal, pemberdayaan sosial dilihat dari kesempatan masyarakat dalam berkontribusi dalam kepariwisataan, sedangkan pemberdayaan politis dilihat dari kesempatan masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait kepariwisataan.
Rendahnya kontribusi perempuan diakibatkan berbagai hal seperti faktor budaya yang membatasi hak dan keterlibatan perempuan pada komunitas atau organisasi. Selain itu faktor rendahnya pengetahuan, pengalaman, fasilitas, dan modal juga menjadi penyebab minimnya peran perempuan dalam pembangunan kepariwisataan. Di sisi lain, perempuan memiliki kontribusi yang penting dalam kegiatan kepariwisataan. Beberapa pendapat menyatakan peranan perempuan juga menguntungkan dalam kegiatan wisata baik secara kultural maupun sosial ekonomi. Bahkan, ada juga pendapat yang menyatakan kreativitas perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini membuat keterlibatan perempuan dalam kegiatan wisata dapat menciptakan kesetaraan dalam kehidupan masyarakat dan komunitas.
Inovasi Perempuan di Desa Wisata Sayan, Ubud, Bali
Walaupun keterlibatan perempuan dalam pengembangan kepariwisataan cenderung rendah, beberapa daerah ternyata berhasil dalam memberdayakan perempuan dalam kegiatan pariwisata. Salah satu penerapannya dapat dilihat di Desa Wisata Sayan, Ubud, Bali di mana peran perempuan cukup tinggi dalam menggerakkan dan mengembangkan desa wisata. Keterlibatan perempuan di Desa Wisata Sayan terlihat pada peran perempuan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan desa wisata, komunitas seni lukis yang juga turut menghidupkan seniman perempuan, peran generasi perempuan dalam meyiapkan kuliner untuk wisatawan, hingga peran ibu-ibu PKK dalam menjalankan program gerakan bank sampah.
Menurut pelopor pengembangan Desa Wisata Sayan, Ni Made Gandhi Sanjiwani, menyebutkan ada beberapa faktor penting yang membuat Desan Wisata Sayan memiliki pemberdayaan perempuan yang tinggi. Hal ini dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat, terutama perempuan yang sejalan dengan modal sosial yang baik dari generasi muda perempuan yang bertindak sebagai inisiator desa wisata. Hal ini ternyata menjadi magnet penggerak bagi peran perempuan lainnya. Tingginya kontribusi perempuan di Desa Wisata Sayan juga berasal dari kepemimpinan perempuan yang tidak lahir begitu saja. Sikap ini dihidupkan melalui pendekatan “komunikasi partisipatif” yang digagas dan diusung oleh generasi muda perempuan tersebut.
Masa Depan Desa Wisata di Tangan Perempuan
Melihat peran tersebut, sudah semestinya konsep pengembangan kepariwisataan dapat lebih disetarakan, terutama dalam memberdayakan perempuan. Hal ini dapat dimulai dengan memberikan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi para perempuan mengenai hard skill dan kemampuan manajerial di bidang pariwisata serta memberikan kepercayaan pada perempuan dalam pemberdayaan psikologis, pemberdayaan sosial, dan pemberdayaan politik dalam pembangunan kepariwisataan.
Peran lembaga swadaya masyarakat dan sinergi pemerintah juga dapat memberikan dampak yang besar pada kesadaran masyarakat mengenai pelibatan perempuan dan kesetaraan gender pada pengembangan kepariwisataan. Lembaga-lembaga inilah yang dapat menyokong kebijakan-kebijakan baru mengenai permasalahan kesetaraan gender dalam pembangunan kepariwisataan.
#godevi #godestinationvillage #banuawisatalestari #tourismconsulting #kajianprodukdesawisata #bali #peranperempuan #perempuandesawisata